Tampilkan postingan dengan label baling-baling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label baling-baling. Tampilkan semua postingan
![]() |
Memandang dari atas Pulau Baling-baling sangat menenangkan |
Tali yang mengikat pada perahu Saya tarik. Perahu pun mendekat, membuat langkah Saya dengan mudah tiba di atas perahu. "tadinya kita mau naik perahu no problem," kata Ridel pemandu Saya. Namun rencana itu urung dilaksanakan. Peralatan yang di bawa Andi menjadi pertimbangan. Ia takut dengan air laut yang bergejolak bisa merusak peralatan.
Bentuk kapal no problem sangat kecil. Mungkin seperti sampan yang diberi mesin. Antara tepian perahu dan permukaan air sangatlah dekat. Warnanya di cat orange. Beda dengan perahu yang Saya tumpangi. Warnanya putih di bagian luar dan biru pada bagian dalamnya. Mungkin berkapasitas mencapai 15 orang. Cukup untuk mengangkut Saya, Ibo, Andi. Ditambah Ridel, Kiki dan ayahnya. Meski begitu, air tetap berdekatan dengan perahu yang kami tumpangi.
Perahu bergerak perlahan. Di dorong dengan bambu yang diceburkan. Karang-karang masih tampak jelas di permukaan air. Kiki berada di bagian ujung depan perahu. Memberi navigasi pada ayahnya yang bertugas di belakang. Setelah berada di perairan yang cukup dalam, mesin kapal akhirnya dinyalakan.
Cuaca saat itu panas. Angin bergerak bebas ciri khas laut. Gulungan ombak tak segan menerpa bagian depan perahu. Membasahi bagian dalam termasuk pakaian yang Saya kenakan. Gelombang ombak terus menerjang perhau. Semakin ke tengah, gempuran yang di dapat semakin kencang. Kadang perahu berada di atas ombak lalu turun dengan cepat. Melahirkan bunyi yang keras dari dasar perahu. Ibo panik. Ia meminta jaket pelampung. Sadar akan dirinya yang tidak bisa berenang.