Jalan Bareng Riky

Follow Me
Tampilkan postingan dengan label pantai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pantai. Tampilkan semua postingan
Jul diantara hamparan pasir yang luas di Pantai Bagedur
Jalan rusak dan berlubang membuat tubuh Saya merasa bergoyang-goyang seperti menaiki wahana jet coaster. Bahkan teman Saya Ateng berkelakar mengenai lubang jalan yang menurutnya sangat cocok untuk budi daya ikan. Candaan itu memang sangat pas karena ukuran lubang di daerah malingping, Banten begitu besar dan dalam. Kadang mobil yang saya tumpangi harus mencari jalan yang tidak berlubang terlalu dalam. Bahkan ada mobil jenis sedan yang tersangkut di dalam lubang dan harus berupaya keras untuk keluar dari lubang yang menjeratnya.

Perjalanan ke daerah Malingping terpaksa dilakukan karena menurut GPS yang terpasang di bagian depan mobil, rute ini merupakan jalur yang terdekat dari Ujung Kulon menuju Desa Sawarna. Mau tidak mau Saya dan teman harus berhadapan dengan mutu jalan yang sangat buruk kualitasnya. 

Setelah menjalani jalan yang buruk dan merasakan mabuk darat karena goncangan, hati saya sedikit terobati. Hamparan pasir hitam yang luas memanjang, dengan ciri khas angin laut yang kencang, membuat kenangan akan lubang jalan mulai sedikit terkikis. Pantai Bagedur namanya, yang berhasil mengobati rasa gundah Saya akan jalanan di daerah Malingping.

Pasir di pantai ini bertekstur padat. Bahkan mobil yang Saya tumpangi berhasil melintas dengan damai tanpa ada hambatan. Warnanya coklat agak menghitam, garis pantainya landai, memanjang jauh hingga berbatas dengan karang. Ombaknya keras melahirkan warna buih putih di tepiannya.

Pada bagian tepi terjauh pantai, berjejer warung-warung sedehana yang dibangun dengan bambu dan kayu. Atapnya menggunakan daun kelapa yang telah dikeringkan lalu dirajut. Saya masuk ke dalam satu warung itu. Penjualnya seorang ibu-ibu. Saya pun memesan kopi lalu meminta izin duduk pada kakek-kakek yang sedang sibuk menganyam daun kelapa yang kering.

Pada kakek-kakek itu Saya bertanya mengenai Pantai Bagedur yang menurutnya sangat ramai pada sore hari apalagi saat akhir pekan. Masih lanjutnya, kadang muda-mudi di sini menggunakan pantai sebagai arena balap motor. Hal itu mengingatkan Saya akan Pantai Pasir Padi di Pulau Bangka.

Obrolan kami pun meluas, Kakek itu ternyata pernah berada di Jakarta dengan rentang waktu yang cukup lama.Saat di jakarta dulu ,dirinya berprofesi sebagai supir taksi baik yang legal maupun tidak legal (taksi gelap). Ia juga bercerita dengan bangga, bahwa dirinya menikahi dengan gadis yang umurnya jauh melebihi umurnya. Saat itu umurnya 37 tahun, sedangkan sang istri saat itu baru berumur 14 tahun. Kakek itu juga memberi tahu bahwa istrinya merupakan ibu-ibu yang membuatkan pesanan kopi. Saya agak terkejut dan kagum pada kakek-kakek itu. Saya bilang padanya, "saat fase umur seperti bapak, bapak masih bisa dapat yang sangat muda." Kami pun tertawa bersama.

Topik obrolan kami semakin mundur ke belakang, ke zaman kemerdekaan. Saat itu si kakek masih kecil, Ia ingat ketika bapaknya membawa dirinya ke sebuah lapangan yang ramai akan manusia. Di mimbar, berdiri seorang pria berjubah putih lengkap dengan pecinya yang hitam. Suaranya lantang dan bertenaga membuat siapa yang mendegarnya terpaku, hening mendengarkan dengan seksama. Setiap kalimat yang dikeluarkan pria di atas mimbar itu penuh dengan sarat makna. Kata-kata yang dikeluarkannya membakar semangat bahkan kata si kakek, orang-orang yang datang pada waktu itu seakan terhipnotis dengan pidato Bung Karno. Mereka seakan satu paham dan jiwa dengan presiden Soekano.

Saya jadi ingat kutipan Bung karno bahwa "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya. Saya dan kakek itu berharap suatu saat nanti Indonesia dapat dipimpin orang yang visi kenegaraannya seperti Soekarno. Luas dan hidup untuk rakyat. Kakek itu merasa rindu dengan sosok Soekarno. Rindu akan pidatonya yang berapi-api.


Cantik banget pantainya, apakah ini dulu tempat para bidadari berjemur menikmati sinar matahari yang hangat? Saya tidak tau akan hal itu, yang pasti Pantai Mawun mampu menghipnotis Saya untuk berjemur, bermain pasir atau hanya duduk sambil memandangai panorama yang ditawarkan .

Memulai perjalanan menuju Pantai Mawun dari Pantai Kuta Lombok, Saya bergerak dengan motor sewaan menuju pantai yang mampu menghipnotis para wisatawan untuk berkunjung, bahkan para bule juga ikut naksir Pantai Mawun, karena kecantikannya memang ya cantik, gak ada kata-kata selain cantik saat tiba di Pantai Mawun. Pasirnya putih udah kayak bedak kosmetik mahal, halus banget, beda sama bedak pasar tradisonal masih ada kasarnya. Air lautnya hijau di tepian dan biru dibagian tengah, bagaimana tidak cantik. Sebelum ke Pantai Mawun Saya mendapatkan saran dari penjaga homestay tempat Saya menginap untuk hati-hati dan sopan saat bertanya, penjaganya memang bermaksud untuk memperingat kan Saya akan kondisi Lombok saat itu. Kala itu isu tentang penculikan anak dan adanya kesalahan komunikasi yang berujung pemukulan sampai korbannya meninggal, mengakibatkan para tersangka pemukulan harus mendekam di kantor polisi setempat (ini cerita pada saat Saya kesana). Saya mengiyakan sambil menganggukkan kepala tanda mengerti dan memulai perjalanan mengarahkan tujuan ke Pantai Mawun.

Nyalakan motor, tarik gas, berangkat ke Pantai Mawun

Selama perjalanan Saya disuguhi pemandangan bukit yang indah-indah. Warna hijaunya membuat mata menjadi segar untuk selalu memandang. Jalan yang naik turun, belok-belok menjadi tatntangan tersendiri untuk mengendarai motor. Waspada menjadi teman setia, harus hati-hati. Kadang ada jalan yang belum diaspal. Kerikil dan bebatuan bisa membuat Saya terjatuh dari motor. Ada yang unik saat menuju ke Pantai Mawun. Tenda bewarna biru dan kuning menyala kadang terlihat di pinggir jalan.Dengan mesin dan kolam-kolam yang sudah tertata tidak beraturan, Saya melihat para pekerja tambang emas yang rela hidupnya diperuntukkan untuk logam mulia tersebut. Jumlah logam mulia tersebut mungkin bisa merubah nasib mereka yang kesulitan. Pekerjaan ini tidak mudah, tergantung usaha dan nasib untuk mendapatkan batu yang mengandung emas ini. bisa satu hari, bulan bahkan tahunan. Lagi-lagi tergantung nasib. Doa mungkin sudah jadi rutinitas yang dilakukan para pekerja tambang tersebut. Mungkin karena ini lah sebagian jalan menuju Pantai Mawun rusak. Truk-truk yang membawa pasir menjadi beban yang tidak bisa diterima oleh aspal dan mengakibatkan jalan jadi berlubang. Tapi mau bagaimana lagi, jika ini di tutup para pekerja tidak mempunyai penghasilan. Ada yang pro ada yang kontra itu hal biasa. tergantung menyikapi dan saling mengerti keadaan masing-masing mungkin bisa dibiarkannya penggalian emas ini.

Menuju Pantai Mawun Saya juga melihat pemandangan sawah yang terbentang indah, bunga-bunga yang bermekaran menghasilkan warna yang enak untuk memanjakan mata. Kadang ada rombongan kerbau yang dengan seenaknya saja melintasi jalan tanpa harus lihat ke kanan-kiri. Ini membuat perjalanan Saya ke Pantai Mawun harus lebih berhati-hati. Jika tidak bisa-bisa Saya bisa menjadi korban karena menabrak kerbau-kerbau yang badannya luar biasa berotot.

Informasi untuk menuju Pantai Mawun terbilang sangat sedikit, hanya ada papan-papan kecil yang menjelaskan kemana harus menuju Pantai Mawun.  Letaknya juga tidak di pinggir jalan. Harus lebih masuk lebih kedalam lagi sebelum bisa menikmati Pantai Mawun yang mempesona. Dari Jalan Utama Saya belok ke kiri setelah ada papan yang memberikan informasi untuk menuju Pantai Mawun.

Parkir Motor,  Turun, Siap menikmati Pantai Mawun

Pasirnya lembut banget, pemandangannya luar biasa indah  kata-kata itu yang terucap saat Saya baru tiba di Pantai Mawun Sumpah ini indah. ada tebing perbukitan di tengah laut, itu seakan menjadi gerbang yang menjadi pembatas di Pantai Mawun. Airnya punya gradasi biru tua dan muda yang keren banget. Sampe-sampe Saya terhipnotis untuk merasakan segarnya air di Pantai Mawun. Bermain bersama gelombang air yang relatif aman menjadikan Pantai Mawun arena bermain yang sangat luas buat Saya.

Lelah bermain sama air laut, Saya duduk santai Di sini lah di Pantai Mawun Saya merasakan kedamaian dengan pemandangan yang sangat-sangat indah. Apakan ini perwujudan surga di bumi? entah lah Saya tidak mau terlalu mikir akan hal itu. Yang pasti Pantai Mawun merupakan salah satu Pantai yang menjadi favorit Saya saat berkunjung ke Lombok.


Pantai Mawun, seolah kecantikanmu bagai bidadari yang tercipta dengan berbentuk pantai. Keindahan mu tak tergoyahkan dengan tempat mu yang tersembunyi. Engkau akan selalu di kunjungi, di datangi dan dinikmati. Karena kecantikan mu memang pantas untuk dinikmati. #Rekomendasi
Anak kecil aja tau Pantai Mawun Indah

Saya sempat iri melihat kemesraan mereka berdua

Garis Pantai Mawun melekuk dan dirimbuni pasir purih yang lembut

Ada aja orang yang selalu mengubur dirinya di tiap pantai termasuk Pantai Mawun

Airnya hijua berpadu dengan biru

Sisi tepi Pantai Mawun dibatasi dengan perbukitan